Blog Post
17
Sharring Persiapan dan Sukses Masuk Gontor
- oleh Admin
- Kategori: Artikel Tentang Pendidikan Pesantren
SHARING PERSIAPAN MASUK GONTOR
Bunda Innatus Sholihah – Walisantri dari Ananda Farid Ahmad Setiawan (G1 – 1i)
Puji syukur setelah perjalanan perjuangan dengan waktu yang sangat terbatas, akhirnya kakak farid berhasil masuk Gontor pusat kampus 1. Subhanallah, sungguh anugerah yang luar biasa akhirnya pesantren menjadi pilihan kami. Persiapan saya sangatlah pendek kalau tidak boleh dikatakan terlambat. Rata rata orang tua yang berniat melanjutkan pendidikan anaknya ke pondok biasanya sejak naik kelas enam sudah dikenalkan apa itu pondok dan beberapa persiapan-persiapan lainnya. Tapi tidak dengan kami.
Hanya berkat hidayah dari Allah lah hingga akhirnya memilih pesantren, menjelang semakin dekatnya ujian sekolah, kegalauan antar sekolah negeri dan pondok berkecamuk dan Alhamdulillah berangsung – angsur berubah menjadi sebuah tekad bulat dengan memilih Gontor sebagai tempat terbaik, bukan lagi obsesi SMP negeri sebagaimana yang sudah kami persiapkan sejak ananda kelas 5 dengan mengikuti bimbingan belajar (bimbel).
Sejak saat itu, hampir setiap hari saya mencari informasi mengenai Gontor. Saya pun mulai menghubungi whatsaap teman kantor lama yang mana kami pernah sama-sama bertugas di rantau, Alhamdulillah dia alumni Gontor. Bersyukur seakan jalan sudah dibukakan, saya bisa bertanya banyak hal tentang Gontor. Saya juga searching via google terus menerus untuk menggali informasi dan berbagai cerita di internet mengenai pondok modern yang satu ini.
Alhamdulillah pada pertengahan April 2017 kami pun berkesempatan mengajak ananda mengunjungi Gontor. Melihat secara langsung lalu lalang santri, merasakan nafas pondok dari dekat insyallah telah memberikan “setruman” tersendiri bagi ananda dan juga kami orang tua nya, karena cara mudah untuk memotivasi ananda adalah dengan menghadirkan objek secara langsung yaitu dengan berkunjung ke Gontor.
Dan, saya pun masih tak henti hentinya mencari informasi, Beruntung bisa dipertemukan dengan BIMBEL PRIMAGO –Bimbel & Private Khusus Masuk Gontor-, Dikarenakan PRIMAGO sejatinya adalah program privat, sedangkan kondisi keuangan kami belum memungkinkan untuk mengikutinya, akhirnya saya memutuskan membeli modul “Jurus Ampuh Menjadi Santri” saja dan bertekad untuk membimbing sendiri.
Sebagaimana materi yang ada di modul, secara umum Ujian Masuk Gontor meliputi ujian lisan (syafahi) dan ujian tulis (tahriri).
Ujian lisan meliputi psyco–test, membaca Al-Qur’an, tajwid, praktik ibadah sholat, hafalan doa-doa sehari-hari dan hafalan surah pendek, sedangkan materi ujian tahriri mencakup: Imla’(dikte tulisan Arab), Bahasa Indonesia, Berhitung Soal dan Angka (Matematika dasar setara kelas 6 SD). Tidak ada perbedaan antara materi ujian yang diujikan kepada calon pelajar lulusan SD (sederajat) dengan calon pelajar yang berasal dari lulusan SLTP (sederajat).
Sebelum dilanjutkan, perkenalkan bahwa saya seorang ibu yang bekerja di kantoran yang menghabiskan minimal 12 jam di luar rumah. Dengan keterbatasan waktu yang tersisa, Izinkan saya berbagi pengalaman yang telah saya lakukan dalam memberikan pembekalan persiapan ujian masuk Gontor dengan bantuan modul “ Jurus Ampuh Menjadi Santri”
PSIKOTES / WAWANCARA
Dalam memberikan wawasan dalam Psikotes/wawancara, karena ini adalah tahap pertama yang dihadapi oleh calon pelajar, maka saya menekankan bagaimana mengangkat rasa percaya diri ananda dalam menjawab pertanyaan pewawancara, adab yang harus dijaga, dan body language yang harus diperhatikan.
Isi pertanyaan sebenarnya umum umum saja sebagaimana di tulis dalam modul, tapi saya yakin dari gesture, mimik wajah dan cara penyampaian si calon pelajar (capel) dalam menjawab inilah yang menentukan seberapa tingkat kematangan si anak dan sejauh apa ketertarikan si anak untuk masuk Gontor. Trik menangani ini mirip mirip persiapan interview kerja, maka saya rajin bertanya kepada anak, agar anak rileks dan santai dalam menjawabnya.
MEMBACA AL QURAN BESERTA TAJWID
Kami merasa banyak sekali kekurangan kami sebagai orang tua, menyesal bahwa selama ini kami tidak pernah membiasakan apalagi mewajibkan anak-anak untuk senantiasa membaca al quran.
Jika beberapa anak seumurannya ikut mengaji di TPQ sore sepulang sekolah, kami malah tidak memaksanya dengan anggapan kegiatan mengaji di sudah dilakukan dengan cukup di sekolahan. Apalagi, Ananda kami sekolahkan di sekolah islam. Seharusnya memang sudah mencukupi jam-nya, kelemahannya kami tidak pernah memperhatikan sampai mana tingkat kelancaran bacaannya.
Sejak berkeputusan mondok itu, ananda mulai saya tes, dan sedih ternyata memang bacaan ananda masih kurang lancar. Bacaan tajwidnya sebenarnya mendekati bagus, hanya saja karena tidak sering dibiasakan dalam membaca, akhirnya terkesan “pelgak-pelguk” banyak terhenti entah kurang nafas atau berpikir di tengah jalan. Apalagi dalam menyambung satu kata dengan kata depannya masih kurang. Tidak banyak waktu lagi, ketika itu, ananda mulai saya suruh ikut kegiatan mengaji di masjid dan saya mulai sering mendampingi menyimak bacaannya dalam membaca Al-Qur’an.
PRAKTEK IBADAH SHOLAT, ADZAN DLL
Alhamdulillah untuk bacaan sholat, berwudlu ataupun adzan kami sudah tidak perlu khawatir, karena ananda sudah rutin melaksanakannya dalam 5 waktu sholat. Hanya sekali dua kali aja kami tes untuk melakukannya seakan dia sedang berhadapan dengan penguji.
Mengenai bacaan sholat yang ternyata ‘berbeda’ dengan yang biasa saya baca, saya pun tidak mempermasalahkannya. Apa yang sudah ananda hafal di luar kepala dalam doa sholat adalah yang diajarkan sesuai buku di sekolahannya. Sedangkan didikan keluarga saya yang berbeda ‘aliran’ membuat beberapa bacaan ikut berbeda. Ananda tidak bisa membaca qunud pun, maka saya tidak mewajibkannya untuk menghafal.
Saya yakin sekali GONTOR tidak mempermasalahkan mengenai bacaan yang harus dibaca dalam sholat, yang penting lancar sebagai penanda ananda sudah mempraktikkan dalam keseharian. GONTOR punya falsafah BERDIRI DIATAS SEMUA GOLONGAN.
HAFALAN DOA-DOA HARIAN
Sebenarnya hafalan ini sudah sejak play group pun sudah diajarkan. Dimulai dari doa bangun tidur, masuk WC sampai menjelang tidur. Tapi lagi lagi kalau kita sebagai orang tua kurang perhatian (seperti kami… hiks), maka saat saya tes pun ananda banyak yang lupa dan seringnya kesulitan melafadzkan kata depannya.
Hampir tiap hari hafalan ini saya gencar. Sehari minimal nambah 3 doa. Dan selalu kita uji ulang hafalan sebelumnya. Semua kami pelajari dari modul.
HAFALAN SURAT PENDEK (JUZ AMMA)
Hafalan ini hanya sampai surat Dhuhaa. Lagi lagi kesulitan ananda adalah kata pertama ayat. Akhirnya saya bikinkan catatan kata kunci awal surat lalu saya tempelkan di pintu-pintu. Sering juga ananda lupa pas ditengah tengah, jadi memang harus terus diulang. Pada saat waktu sudah mepet dan hafalan belum sepenuhnya sempurna, saya pantau anak dari kantor. Pastikan dibuat checklist perkembangan hafalan ananda. Setiap 2 jam saya sempatkan menelpon untuk sekedar ‘badhei’ alias menguji hafalannya. Ini berlaku juga untuk hafalan doa.
IMLA’ ( DEKTE ARAB)
Khusus yang ini, porsi belajar sangat saya tekankan. Karena yang saya dengar memang syarat utama adalah bacaan quran yang baik plus imla’. Banyak calon santri bagus bacaan qurannya sayang lemah di imla’. Saya sering ibaratkan ke ananda, imla’ ini semacam menulis bahasa inggris. Saat saya mendikte ‘ school’ maka anak harus paham ‘skul’ ini tulisannya ada unsure huruf ce ha nya… o nya dobel dst…
begitu juga dengan dalam imla’, banyak kaidah yang harus diperhatikan. Untuk itu latihan terus menerus mutlak dilakukan. Hampir tiap hari saya dekte ananda. Dari sekedar kata kata yang mudah, yang tidak mengandung ‘jebakan’ lalu diakhiri dengan 3 kata rangkaian .
Kuncinya adalah ada pendikte!! jika saya tidak punya waktu melatih dikte, saya kasih tugas sekedar menuliskan apa yang ada di latihan di buku modul. Karena saya yakin dengan menulis, itu sudah membiasakan anak dengan huruf/kata bahasa arab.
Saya pribadi lulusan Madrasah Ibtidaiyah, yang dulu sering nulis pego, walaupun kaidah teorinya sudah lupa dan kurang bisa menjelaskan, yang penting saya diktekan ke ananda, lalu jawaban kita cocokkan dengan modul. Saya juga sering bilang kalau nanti diuji kata ini pokonya menulisnya seperti ini…. Hehehe.. maklum udah banyak yang lupa.
Bersyukur banyak sekali latihan soal yang disediakan di modul. Malahan anak saya belum sempat saya latihkan kesemuanya karena mepetnya waktu.
Pengalaman kemarin, salah satu anak satu grup yang barengan mendaftar ke GONTOR adalah lulusan pesantren penghafal quran, tapi sayangnya tidak lolos di gontor pusat melainkan di gontor 5. Jadi lancar baca quran, belum tentu bagus imlaknya. Harus dilatih!!
Selain tehnis tehnis yang harus dipelajari diatas. Ada upaya lainnya yang juga sudah kami tempuh untuk mendukung diantaranya :
MENGIKUTI KEGIATAN YANG BERKAITAN DENGAN PERSIAPAN MASUK GONTOR
Ketika Bimbel PRIMAGO belum mampu mengakomodir untuk program pembelajaran didaerah, silahkan mengikuti program-program didaerah yang biasanya diadakan oleh IKPM-IKPM setempat.
Kegiatan ini semacam kegiatan pondok Romadhon yang memang ditujukan untuk persiapan masuk Gontor, diadakan oleh IKPM/Alumni di daerah kami. Kegiatan ini sangat penting untuk menguatkan mental calon santri. Dengan pengarahan dari para ustadz – ustadz alumni, anak akan semakin mengenal seperti apa Gontor dan akhirnya mempunyai niat yang kuat untuk bisa lolos ujian.
Menurut hemat kami, jika memang tidak memungkinkan bisa mengambil program Privat, acara semakan SiGor atau Ramadlan Camp atau program pendampingan yang diadakan oleh PRIMAGO adalah wajib Ain yang seharusnya diikuti. Disitulah semangat dan mental anak mulai naik, ada banyak motivasi yang didapatkan anak selama kegiatan tersebut.
JOIN GONTOR COMMUNITY
Pada saat ada acara buka bersama IKPM di daerah kami, peserta SiGor (Bimbingan yang ada di surabaya) diundang untuk datang. Waktu itu hanya kami keluarga yang datang bersama teman saya yang alumni dan juga bakal memasukkan putrinya.
Mungkin hanya sekedar kumpul kumpul, tapi ternyata dari serangkaian prosesi “pembauran” ini, ada sesuatu yang tidak kasat mata, sesuatu yang sulit digambarkan, yang memberikan sentuhan semangat kepada anak kami bahwa inilah kelak, seperti mereka inilah nanti kamu akan dididik.
Saya juga bergabung dengan Grup Whatsaap “CALON WALISANTRI GONTOR” dari PRIMAGO, yang memberikan akses kepada saya untuk bertanya banyak hal dan mendapatkan sharing atau motivasi motivasi dari member lainnya, yang sebagian adalah sudah menjadi walisantri. Dari grup inilah saya jadi tahu bahwa kunci keberhasilan untuk masuk Gontor salah satunya adalah keyakinan dalam hati yang sangat kuat bahwa insyallah ananda akan lolos!! Usaha, usaha dan usaha, jangan ada “second choice” selain GONTOR karena ini akan menggoyahkan keyakinan kita. Bismillah Allah maha tahu apa yang ada di dalam hati kita.
Karena itu lah, saat pendaftaran SMPN sudah dibuka, saya kuatkan hati, dengan nilai UN yang lumayan, saya lewatkan kesempatan masuk negeri dengan tidak mendaftarkannya. Ini adalah pengorbanan perasaan yang tidak mudah, karena seandainya ananda nanti gagal masuk, maka saya pun tidak tahu nanti harus sekolah dimana. Namun, insyallah berkat ikhtiar ke Gontor yang tidak kami duakan inilah, Allah kabulkan dengan meloloskan ananda masuk Gontor Pusat Kampus 1, Subhanallah…diluar dugaan dan puji syukur yang tiada terkira.
Mohon maaf jika tulisan ini terlalu panjang, semoga pengalaman diatas bermanfaat. Motto yang selama ini terbenam di dada pada saat menghantarkan ananda mengikuti semua prosesi perjuangan masuk gontor adalah “Hasil tak akan mengkhianati usaha”. Usaha semaksimal mungkin, hasil Allah yang tentukan. Dan Allah mengetahui segala isi hati.
Surabaya, 09 September 2017
Komentar
Belum Ada Komentar