Blog Post
25
ORANG TUA & GURU PENDIDIK
- oleh Admin
- Kategori: Artikel Tentang Guru
Alhamdulillah saya di didik di persemaian guru2 yaitu KMI Gontor, 6 tahun mengenyam pendidikan disana, para guru yang bukan hanya transfer ilmu dan pengetahuan, tapi juga transfer valeu akan hidup dan kehidupan.
Di hari guru ini, sy mengucapkan ribuan terimakasih kepada orang tua saya dan para guru saya yang telah mengajar dan mendidik saya hingga sy bisa terus berkarya hingga saat ini.
Di momentum ini, juga ingin instropeksi bagi diri saya sendiri sebagai guru bagi adik2 yang ingin masuk ke Gontor.
Yang paling susah dengan menjadi guru bukan mengajar, tapi mendidik. Pada proses mendidik, tidak saja transfer ilmu, tapi juga transfer nilai, karakter, adab dan akhlak. Dan transfer akhlak tidak bisa dilakukan dengan “memberi contoh” saja, tapi juga “menjadi contoh”.
Ada sebuah anekdot. Di suatu hari, guru Pendidikan Kewarganegaraan menjelaskan perubahan Undang-Undang Dasar (UUD) dari periode ke periode. Guru itu juga memaparkan alasan perubahan UUD yang pernah berlaku di Indonesia. Guru yang melihat muridnya tertidur ingin mengetahui pengetahuan murid tersebut.
Guru bertanya kepada murid yang tertidur, “Coba kamu jelaskan perubahan UUD dan apa maksud dari peraturan diatur di dalam UUD.” Murid menjawab “Saya hanya tahu mengapa peraturan diatur di dalam UUD.” Guru bertanya lagi, “Apa maksud kamu?”. “Ya kan semua ujung-ujungnya duit Bu”, celetuk sang murid. Bagi saya ada dua pesan yang tersirat dalam anekdot ini….
Pertama : Kadang peserta didik itu kurang menghargai guru, karena dgn alasan sudah membayar mahal, sehingga perlakuan kepada guru tidak mengenakkan sehingga cenderung merendahkan, ketika itu terus terjadi maka tidak akan ada keberkahan ilmu dalam dirinya, sayang banget kan? Bukannya belajar itu untuk menjadi orang pinter eh gara2 kurang ta'dhimnya ke guru malah menjadi blinger.😀
Kedua : Guru itu mengajarkan ilmu patokannya bukan berapa yang ia dapat, tapi mengajar itu harus dgn totalitas, ruh keikhlasan dan kesabaran. Bila seorang guru dengan totalitas tingga, memiliki daya juang, maka ia akan mampu tranfer knowledge dan valeu akan hidup dan kehidupan, tapi.... Kalau tolak ukurnya ada UUD, maka akan transfer knowledge saja, mengajar hanya untuk menggugurkan kewajiban.
Nah.. pelajaran sangat berharga yang dicontohkan oleh Almarhum Bapak saya, ketika kakak saya menjadi guru honorer disalah satu sekolah, dengan gaji 5000 saat itu, hitungan tidak cukup buat transportasi, tapi Almarhum bilang, ngajar itu jangan pernah melihat angka, ngajar itu niatkan ngamalkan ilmu, agar ilmu itu menjadi bermanfaat. Proses tidak menghianati hasil, hingga akhirnya kakak diangkat menjadi Guru PNS melalui jalur K2 saat itu.
Syarat menjadi guru tidak sekedar pintar, namun juga berakhlak mulia, tegas, berwibawa, disiplin, berkarakter, mampu memanage kelas, mampu memahami psikologi murid dan -tentu pandai mengajar. Sekali lagi, yang diajarkan guru bukan sekedar ilmu. Tapi adab (akhlak), makna hidup dan kehidupan.
Orang-orang dulu lebih mengutamakan adab daripada ilmu karena ilmu mudah dicari jika adab sdh didapat. Kata Yusuf Ibn al-Husain, “Bil adabi tafhamul ilma. Dengan mempelajari adab, engkau akan mudah memahami ilmu.” Syaikh Sholeh Al ‘Ushoimi berkata, “Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab, maka ilmu akan disia-siakan.”
Menjadi guru artinya menjadi role model alias teladan. Kita sering mendefinisikan guru karena digugu (diikuti omongannya) dan ditiru.
Keteladanan guru yang paling utama adalah soal adab. Dalam Islam, ilmu dan adab menyatu. Tidak ada atau jarang seorang guru punya kelakuan yang minus. Seorang guru mabuk. Seorang guru berjudi. Seorang guru main perempuan atau mengganggu suami orang (pelakor), dan sebagainya. Menjadi Guru itu anugerah, karena ini profesi yang sangat mulia, jangan pernah merusak profesi yang mulia ini dgn sikap dan hawa nafsu yang berlebihan.
Bagi saya Orang tua adalah Guru Kehidupan, sedangkan Guru pengetahuan dan pendidikan adalah Guru yang telah mengajarkan banyak hal kepada saya.
Buat para pendidik yang sudah terlanjur menjadi Guru, mari kita lihat wajah murid-murid kita. Kita ingin mereka ke depan mau jadi apa? Wajah yang penuh semangat, penuh daya juang, memiliki mimpi besar, kelak merekalah yang akan bertanggung jawab terhadap kelangsungan negeri ini, jadi didiklah mereka dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa, sepenuh raga dengan totalitas tinggi.
Ingat Guru yang harus menjadi role model atau teladan bagi murid alias anak-anak kita sendiri. Sebab, kita pun wajib menjaga murid alias anak kita sendiri agar bisa selamat dunia akhirat. Ingat, kitalah yang diingatkan Allah dalam surat at-Tahrim ayat 6, “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
Ali bin Abi Thalib berkata, “Ayat ini artinya, didiklah anak-anakmu dengan adab dan ajarkan ilmu kepada mereka.” Mari kita rayakan hari guru ini bukan saja untuk guru-guru yang mengajar di kelas, tapi juga kita para orang tua -guru yang sebenarnya, yang mendidik anak-anaknya agar selamat dunia akhirat.
Selamat hari guru.
Komentar
Belum Ada Komentar