Blog Post
04
Konsep Pendidikan Islam Terpadu
- oleh Admin
- Kategori: Artikel Pendidikan
Konsep Pendidikan Islam Terpadu/Unggulan
By Awaluddin Faj, M.Pd
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia akan mengalami sebuah perubahan yaitu perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dengan pendidikan manusia akan tinggi derajatnya[1]. Dengan demikian pendidikan merupakan upaya mulia dalam rangka menghilangkan kebodohan dan memanusiakan manusia sebagaimana dikatakan oleh imanuel kant bahwa manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan “Man Can Become Man Through Education Only”[2]
Pendidikan menurut pengertiannya merupakan kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus[3] untuk itu anak didik perlu mendapatkan berbagai pengalaman dalam mengembangkan konsep-konsep, prinsip, generalisasi, intelek , inisiatif, kreativitas kehendak, emosi, dan lain-lain.
Pendidikan harus berusaha agar proses itu berlangsung secara berdaya guna, dan berhasil guna. Pendidikan yang berhasil harus mampu merubah tingkah laku yang meliputi bentuk kemampuan yang digolongkan dalam tiga domain oleh Bloom dan kawan-kawan, yaitu, kemampuan kognitif, kemampuan afektif, kemampuan psikomotor.
Pendidikan selama ini diyakini oleh sebagian orang sebagai sarana yang tepat untuk mengubah dan membentuk pribadi yang beradab ( civilized ), berakhlaq mulia ( character building ) serta berkepribadian cerdas dan unggul.
Pengertian Pendidikan
Pendidikan menurut pandangan islam adalah merupakan bagian dari tugas kekhilafahan manusia. Karena manusia adalah khilafah, berarti manusia menerima wewenang dari Allah SWT untuk melaksanakan pendidikan terhadap alam dan manusia, maka manusialah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan tersebut ( Zuhairini, 2005 )[4]. Pendidikan sebagai bagian dari tugas kekhilafahan manusia, menurut islam, harus dilaksanakan oleh manusia dengan penuh tanggung jawab.
Athiyah Abrasyi, sebagaimana dikutip Zuhairini, mengatakan bahwa pendidikan islam adalah untuk mendidik anak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah ( keutamaan ), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur (Zuhairini, 2005)[5]
Sedangkan Mahmud Yunus sendiri menyatakan bahwa pendidikan lebih luas dari pada ta’lim, sebab pendidikan/at-tarbiyah meliputi upaya : 1) menumbuhkan jasmani dan menyediakan sesuatu yang dibutuhkan. 2) menumbuhkan kemampuan berfikir dan kecerdasan, baik secara indrawi maupun kekuatan pemikirannya dengan petunjuk, argumentasi, cara menarik kesimpulan, daya khayal dan sebagainya. 3) pembinaan akhlaq yang mulia dan pembentukan kebiasaan baik, seperti taat, jujur dalam perkataan dan perbuatan, dapat dipercaya, disiplin dan saling menghormati, kesemuanya itu dapat terwujud dengan nasehat-nasehat, pengajaran dan teladan yang baik. Pendidikan adalah suatu gejala masyarakat, dengan pengertian bahwa masyarakat sejak dahulu kala sistemnya berada di dalam kegiatan mendidik anak-anaknya, karena tugas orang tua adalah mendidik anak mereka. Dari aspek inilah timbul dan berkembangnya ilmu perbandingan pendidikan.[6] Maka dari itu kita akan mengupas tentang “Bagaimana Konsep pendidikan islam terpadu atau unggulan?
Memahami Nilai Historis Pendidikan Islam terpadu
Berbicara tentang pendidikan islam, maka tidak akan lepas dari persoalan fundasional filosofis akan menjadi sangat idealis, karena kegiatan pendidikan sangat peduli terhadap persoalan-persoalan operasional, sehingga konsep pendidikan islam terlihat hanya kaya konsep tetapi miskin dimensi praktisnya ataupun kebalikannya kaya praktik tetapi lepas dari konsep fundasionalnya. Untuk mencari titik temu dari persoalan tersebut munculah gagasan Pendidikan Islam Terpadu, sebuah model pendidikan yang didesai dengan segala keterpaduan dari berbagai sisi dan aspek pendidikan yang meliputi visi, misi, kurikulum, pendidik, suasana pembelajaran dan lain sebagainya.
Sekolah Islam terpadu sebagai bentuk satuan pendidikan memiliki peran yang strategis dalam membentuk, membangun, membina dan mengarahkan anak didik menjadi manusia yang seutuhnya, manusia yang berkarakter dan berkepribadian yang positif, manusia yang memiliki karakter dan kepribadian yang positif, memahami diri sendiri, terampil dan mampu berkerja sama dengan orang lain[7].
Perlu diketahui, yang dimaksud program terpadu disini adalah program yang memadukan antara pendidikan umum dan pendidikan agama, antara pengembangan potensi intelektual (fikriyah), emosional (ruhiyah) dan fisik (jasadiyah), dan antara sekolah, orang tua dan masyarakat sebagai pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap dunia pendidikan[8]. Keterpaduan program pendidikan umum dan keagamaan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif artinya program pendidikan umum dan program pendidikan keagamaan diberikan secara seimbang. Sedang secara kualitatif berarti pendidikan umum diperkaya dengan nilai-nilai agama dan pendidikan agama diperkaya dengan muatan-muatan yang ada dalam pendidikan umum. Nilai-nilai agama harusnya diberikan porsi lebih besar agar bisa memberikan makna dan semangat terhadap program pendidikan umum.
Potensi dasar manusia seperti potensi intelektual, emosional, dan fisik merupakan anugrah dari Allah yang harus ditumbuhkan, dikembangkan, dibina dan diarahkan dengan baik, benar dan seimbang. Dan kondisi-kondisi ini dengan pola pendidikan islam terpadu diharapkan menjadi salah satu sarana menumbuh kembangkan potensi-potensi dasar yang dimiliki anak didik. Akan tetapi dalam perkembangannya seringkali pendidikan agama hanya menjadi tempelan dan lembaga pendidikan hanya berfokus kepada pendidikan umum, keterpaduan menjadi sebatas memperbanyak jam pelajaran agama, dan baik pelajaran umum dan pelajaran agama tidak saling melengkapi satu sama lain seperti yang diharapkan oleh konsep pendidikan terpadu tersebut.
Disadari bahwa di tengah-tengah masyarakat saat ini tengah berlangsung krisis multidimensional dalam segala aspek kehidupan. Kemiskinan, kebodohan, kedzaliman, penindasan, ketidakadilan di segala bidang, kemerosotan moral, peningkatan tindak kriminal dan berbagai bentuk penyakit sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
krisis multidimensi sebagai akar penyabab terjadinya kerusakan sehingga menimbulkan kemaksiyatan yang dilakukan manusia. Sistem pendidikan yang materialistik telah gagal melahirkan manusia shaleh yang sekaligus menguasai iptek sebagaimana yang dimaui oleh pendidikan Islam. Pendidikan yang materialistik lebih memberikan suatu basis pemikiran yang serba terukur secara material, semisal gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan atau apapun yang setara dan diilusikan harus segera dapat menggantikan investasi pendidikan yang telah dikeluarkan. Disadari atau tidak, telah terjadi proses penghilangan pencapaian nilai non materi berupa nilai transendental yang seharusnya menjadi nilai paling utama dalam pendidikan. atas pergeseran pendidikan sebagaimana disebutkan diatas, sampailah pada suatu kesimpulan yang sangat mengkhawatirkan, yakni terasingkannya manusia dari hakikat visi dan misi penciptaannya.
Satu-satunya cara yang harus dilakukan untuk keluar dari krisis pendidikan itu adalah mengembalikan proses pendidikan kepada konsepsi pendidikan Islam yang benar. Secara paradigmatis, aqidah Islam harus dijadikan sebagai penentu arah dan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum dan standar nilai ilmu pengetahuan serta proses belajar mengajar, termasuk penentuan kualifikasi guru serta budaya sekolah yang akan dikembangkan. Paradigma baru yang berasaskan pada aqidah Islam ini harus berlangsung secara berkesinambungan pada seluruh jenjang pendidikan yang ada, mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi.
Selain itu, harus dilakukan pula solusi strategis dengan menggagas suatu pola pendidikan alternatif yang bersendikan pada dua cara yang lebih bersifat fungsional, yakni: Pertama, membangun lembaga pendidikan unggulan dengan semua komponen berbasis Islam, yaitu: (1) kurikulum yang paradigmatik, (2) guru yang amanah dan kafaah, (3) proses belajar mengajar secara Islami, dan (4) lingkungan dan budaya sekolah yang optimal. Dengan melakukan optimasi proses belajar mengajar serta melakukan upaya meminimasi pengaruh-pengaruh negatif yang ada dan pada saat yang sama meningkatkan pengaruh positif pada anak didik, diharapkan pengaruh yang diberikan pada pribadi anak didik adalah positif sejalan dengan arahan Islam. Kedua, membuka lebar ruang interaksi dengan keluarga dan masyarakat agar dapat berperan optimal dalam menunjang proses pendidikan. Sinergi pengaruh positif dari faktor pendidikan sekolah – keluarga – masyarakat inilah yang akan menjadikan pribadi anak didik yang utuh sesuai dengan kehendak Islam.
Berangkat dari paparan di atas, maka implemetasinya adalah dengan mewujudkan lembaga pendidikan Islam unggulan secara terpadu dalam bentuk Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT), Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), Sekolah Menengah Islam Terpadu (SMPIT), Sekolah Menengah Umum Terpadu (SMUIT), dan Perguruan Tinggi Islam Terpadu.
Konsep Pendidikan Islam Terpadu
1. Keterpaduan Kurikulum Kepribadian Islam, Tsaqofah Islam dan Ilmu Kehidupan
Pendidikan Islam yang merupakan upaya sadar, terstruktur, terprogram dan sistematis bertujuan untuk membentuk manusia yang berkarakter, yakni
1. berkepribadian Islam
2. menguasai tsaqofah Islam
3. menguasai ilmu kehidupan (pengetahuan dan teknologi).
Tujuan ini merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim dalam seluruh aktivitas kesehariaannya. Identitas kemusliman akan nampak pada kepribadian seorang muslim, yakni pada pola berpikir (aqliyah) dan pola bersikapnya (nafsiyah) yang distandarkan pada aqidah Islam. Islam mendorong setiap muslim untuk maju dengan cara men-taklif-nya (memberi beban hukum) kewajiban menuntut ilmu, baik ilmu yang berkaitan langsung dengan Islam (tsaqofah Islam) maupun ilmu pengetahuan umum (iptek).
Menguasai ilmu kehidupan (iptek) dimaksudkan agar umat Islam dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT dengan baik di muka bumi ini. Lebih dari itu, Islam bahkan menjadikannnya sebagai fardlu kifayah, yaitu suatu kewajiban yang harus dikerjakan oleh sebagian rakyat apabila ilmu-ilmu seperti teknik, kedokteran, pertanian dan sebagainya sangat dibutuhkan umat.
2. Keterpaduan Pendidikan Sekolah, Keluarga dan Masyarakat
Secara faktual, pendidikan melibatkan tiga unsur pelaksana, yakni
1. keluarga
2. sekolah
3. masyarakat.
Kondisi faktual obyektif pendidikan saat ini, ketiga unsur pelaksana tersebut belum berjalan secara sinergis di samping masing-masing unsur tersebut juga belumlah berfungsi secara benar. Sinergi negatif antar ketiganya, memberikan pengaruh kualitas proses pendidikan secara keseluruhan. Dengan melakukan optimasi proses belajar mengajar serta melakukan upaya minimasi pengaruh negatif yang ada dan pada saat yang sama meningkatkan pengaruh positif pada anak didik, diharapkan pengaruh yang diberikan pada pribadi anak didik adalah positif sejalan dengan arahan Islam. Selanjutnya, dibuka lebar ruang interaksi dengan keluarga dan masyarakat agar dapat berperan optimal dalam menunjang proses pendidikan. Sinergi pengaruh positif dari faktor pendidikan sekolah – keluarga – masyarakat inilah yang akan menjadikan pribadi anak didik yang utuh sesuai dengan kehendak Islam.
3. Keterpaduan Sekolah, Asrama/Pesantren dan Masjid
Untuk meciptakan kultur sekolah yang bersih dari pengaruh negatif masyarakat, program full-day school dan boarding school merupakan alternatif yang dapat dilakukan. Karena itu, tiga poros sekolah, asrama/pesantren dan masjid yang berperan penting dalam pengembangan SDM tapi selama ini terpisah-pisah, harus dapat diharmonisasikan. Sekolah berfungsi untuk mengintroduksikan kurikulum pendidikan secara formal sesuai dengan jenjang yang ada. Asrama merupakan sarana di luar sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pendidikan formal. Sikap disiplin, kemandirian, kepemimpinan dan tanggung jawab dapat diciptakan dalam asrama. Sedangkan masjid merupakan pusat kegiatan keislaman siswa. Di masjid, siswa akan melakukan shalat berjamaah, pembinaan kepribadian dan kegiatan lainnya. Jika ketiganya diintegrasikan, diharapkan akan tercipta budaya sekolah yang ideal.
Penutup
konsep pendidikan islam harus menitikberatkan pada pelaksanaan nilai-nilai Ilahiyat yang bersumber dari Allah selaku Rabb al-‘Alamin. Dalam hubungan anatar manusia, tugas penyampaian nilai-nilai ajaran itu dibebankan kepada orang tua, sedangkan para pendidik tak lebih hanyalah sebagai tenaga professional yang mengemban tugas berdasarkan keparcayaan para orang tua.
Akan tetapi banyak banyak fenomena yang terjadi, bahwasannya konsep pendidikan islam terlihat hanya kaya konsep tetapi miskin dimensi praktisnya ataupun kebalikannya kaya praktik tetapi lepas dari konsep fundasionalnya. Untuk mencari titik temu dari persoalan tersebut munculah gagasan Pendidikan Islam Terpadu, sebuah model pendidikan yang didesai dengan segala keterpaduan dari berbagai sisi dan aspek pendidikan yang meliputi visi, misi, kurikulum, pendidik, suasana pembelajaran dan lain sebagainya.
Maka perlu adanya inovasi yaitu dengan mendirikan Sekolah Islam terpadu sebagai bentuk satuan pendidikan memiliki peran yang strategis dalam membentuk, membangun, membina dan mengarahkan anak didik menjadi manusia yang seutuhnya, manusia yang berkarakter dan berkepribadian yang positif, manusia yang memiliki karakter dan kepribadian yang positif, memahami diri sendiri, terampil dan mampu berkerja sama dengan orang lain.
karena program terpadu memadukan antara pendidikan umum dan pendidikan agama, antara pengembangan potensi intelektual (fikriyah), emosional (ruhiyah) dan fisik (jasadiyah), dan antara sekolah, orang tua dan masyarakat sebagai pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap dunia pendidikan. Keterpaduan program pendidikan umum dan keagamaan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif artinya program pendidikan umum dan program pendidikan keagamaan diberikan secara seimbang. Sedang secara kualitatif berarti pendidikan umum diperkaya dengan nilai-nilai agama dan pendidikan agama diperkaya dengan muatan-muatan yang ada dalam pendidikan umum. Nilai-nilai agama harusnya diberikan porsi lebih besar agar bisa memberikan makna dan semangat terhadap program pendidikan umum. Wallahu a’lam bis showab
Daftar Pustaka
Alqur’an
Encyclopedia of Psychology of education” editor Paul Monroe, Published by: Mrs Rani Kapoor for Cosmos Publications div of Genesis Publishing Plt-Ltd 24-B, Ansari Road, Darya Ganji, New Delhi 110002, india 2002
Ahmadi, Drs. H. Abu, Ilmu Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta 2001)
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara dan Departemen Agama, 1995)
Arifin, Prof. H. M, M. Ed, Ilmu Perbandingan Pendidikan, PT. Golden Terayon Press, Jakarta, 1994
Samsul, Nizar , Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003 p: 23
[1] Sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur’an, bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang menimba ilmu beberapa derajat. Lihat Q.S Al-Mujadilah 58:11
[2] Encyclopedia of Psychology of education” editor Paul Monroe, Published by: Mrs Rani Kapoor for Cosmos Publications div of Genesis Publishing Plt-Ltd 24-B, Ansari Road, Darya Ganji, New Delhi 110002, india 2002 p, 282.
[3] Drs. H. Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta 2001) p 70.
[4] Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara dan Departemen Agama, 1995), p .2-3
[5] Ibid, p : 5-6
[6] Prof. H. M. Arifin, M. Ed, Ilmu Perbandingan Pendidikan, PT. Golden Terayon Press, Jakarta, 1994 hal 16.
[7] Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001p :6
[8] Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003 p: 23
Komentar
Belum Ada Komentar